Diberdayakan oleh Blogger.

Menikah dan Kebahagiaan Rizqi


Di ambil dari Google Images



Seorang teman menikah dengan seorang gadis yang berasal dari keluarga cukup kaya. Dia anak ke-7 dari 9 orang bersaudara.

Delapan saudara istrinya itu sudah makmur semua. Tinggal ia sendiri yang masih hidup sederhana, karena Allah belum membukakan pintu rezki kepada mereka.

Sekian tahun mereka menikah dikaruniai sepasang anak. Hidup mereka tetap sederhana dengan rumah masih menyewa. Sekalipun suaminya pekerja serabutan, untuk kebutuhan sehari-hari tidak lah berkekurangan. Mereka juga punya sebuah motor.

Namun sayang sekali, orang tua dari sang istri selalu menggembosi anaknya dengan hal-hal yang tidak baik. Dari 9 bersaudara hanya kamu yang belum punya rumah sendiri, tidak punya mobil, tidak bisa pergi umrah, tidak begini dan tidak begitu. Suami kamu tidak becus dalam berusaha....pemalas.....dsb.

8 orang saudaranya juga demikian. Bukannya membantu adiknya, malah menggembosi supaya minta cerai. Tidak ada untungnya punya suami seperti itu, kata mereka.

Lama kelamaan mendapatkan perlakuan seperti itu dari orang tua dan saudara-saudaranya, akhirnya ia mulai tidak senang kepada suaminya. Pada akhirnya ia pun minta cerai. Suasana rumah mulai tidak kondusif. Tiap hari diwarnai pertengkaran.

Teman ini sangat terpukul dengan perlakuan itu. Sebenarnya ia sangat mencintai istrinya. Apalagi sudah dikaruniai 2 orang anak yang lagi lucu-lucunya. Walaupun hidup sederhana, sebelumnya keluarga itu tidak ada masalah. Mereka hidup rukun dan damai.

Dia sudah berusaha membujuk istrinya dengan segala cara. Berbagaimacam bisnis juga sudah ia coba untuk memperbaiki perekonomian keluarganya, asalkan halal, biar istrinya bahagia. Namun Allah belum juga membukakan rezki-Nya buat keluarga itu.

Karena tidak tahan lagi, dengan sangat terpaksa ia menceraikan istrinya dan mengembalikannya ke rumah orang tuannya dengan baik-baik. Awalnya ia sempat linglung. Kalau bukan karena kawan-kawan dekat yang terus memberikan suport barangkali ia sudah menjadi penghuni RSJ.

Hampir setahun dia hidup menduda, tanpa istri. Dengan tawaran seorang kawannya, ia menikah dengan seorang gadis dari keluarga yang sangat miskin, kalau tidak bisa dikatakan melarat. Dengan harapan, ia bisa menerima keadaan apa adanya.

Pernikahan berjalan sangat sederhana. Setelah akad di kantor KUA tidak ada pesta segala. Hanya acara makan-makan di rumah gubuk sang istri yang dihadiri tetangga sekitar.

Di malam pertama pernikahan itu ia langsung memboyong istrinya pindah ke rumah sewaannya. Karena tidak mungkin ia tinggal di rumah mertuanya itu walau semalam, mengingat begitu sederhananya rumah yang tersedia.

Istri barunya sangat bersyukur dibawa ke sana. Dia bagaikan pindah ke istana.

Di sanalah ia memulai hidup barunya, di rumah yang dulu juga ia memulai hidup baru dengan istrinya yang pertama. Namun kali ini ia berdo'a dengan setulus-tulusnya supaya Allah memberkatinya dan melanggengkan kehidupan keluarganya, serta melimpahinya dengan rezki.

Untuk membuka usaha pertama ia memulai dengan ide baru, yaitu menjual sembako dengan modal seadanya di pasar kabupaten tempat ia tinggal, yang tidak jauh dari rumahnya.

Berawal dengan jualan di kaki lima ia memulai dagang bersama istrinya. Tidak mengenal bulan madu segala, hari ke-3 pernikahan mereka langsung berusaha. Berkat rahmat dari Allah, dagangannya laris manis. Seminggu saja ia sudah bisa menambah jenis barang yang akan dijual. 3 bulan berlalu ia sudah mampu menyewa sebuah toko, tanpa meninggalkan dagangan di kaki lima. Istrinya yang jualan di toko, sementara ia tetap di kaki lima.

Hanya Allah yang mengatur rezki hamba-Nya, kali ini usahanya berkembang bagaikan ulat. Hanya dalam rentang waktu 3 tahun ia sudah punya toko sendiri, mampu beli rumah dan mobil. Bahkan juga bisa membahagiakan orang tuanya dan mengangkat ekonomi keluarga istrinya yang sangat miskin.

Sekarang ia sudah menjadi agen terbesar di kotanya untuk bahan-bahan kebutuhan harian. Dia sudah menjadi jauh lebih kaya dari saudara istrinya yang terkaya. Keadaan mantan istrinya juga begitu-begitu saja, tidak menjadi kaya setelah berpisah dengan suaminya.

Karunia Allah semakin melimpah-limpah dengan kelahiran anak pertamanya dari istri kedua. Yang lebih membahagiakannya, istri keduanya siap menerima kehadiran sepasang anaknya dari istri pertama. Dia betul-betul inshaf, kalau Allah telah mengeluarkannya dari kemiskinan melalui suaminya. Suaminya juga sangat bersyukur karena Allah sudah melapangkan hidupnya melalui istrinya yang sangat bersahaja itu.

***

Semua yang terjadi adalah pelajaran. Allah mempunyai rahasia pada hamba-Nya yang tidak kita ketahui. Barangkali bersabar dan terus berusaha itulah jalan terbaik dalam menggapai karunia Allah, tanpa harus mengorbankan siapa-siapa.

Ya Allah, jadikan lah rezki kami melimpah ruah, halal dan mengandung keberkahan. Jangan biarkan rezki kami tersendat-sendat dan mengandung yang haram.

(Zulfi Akmal)

di sadur dari PKS Piyungan Menikah dan kebahagiaan Rizqi

0 komentar:

Posting Komentar